Cerita Poison Kiss
Penulis: Aisyah, 21
Hubungan kami mulai seperti cerita indah. Aku dan Evan sudah hampir setahun pacaran. Dia lucu, perhatian dan selalu bikin aku merasa spesial. Kami sering jalan malam keliling kota, makan makanan pinggir jalan sambil ngobrol tentang masa depan. Aku percaya dia orang yang tepat sampai sore itu di kafe favorit kami. Dia sibuk dengan teleponnya, senyum senyum sendiri. Karena penasaran aku iseng bertanya dan dia kaget lalu buru buru menutup chat. Tiba tiba perasaanku tidak enak. Saat dia pergi ke toilet, aku lihat layar ponselnya dan membaca pesan singkat dari seorang perempuan yang jelas bukan aku. Isi pesannya seperti "kangen banget, ketemu weekend ini ya".
Dadaku sesak. Ketika dia kembali, aku tunjukkan chat itu. Dia panik dan memegang tanganku. Katanya aku jangan lebay, itu cuma iseng. Dia berkata dia sayang padaku dan tak akan mengulanginya. Lalu dia menciumku pelan pelan. Bibirnya hangat dan wangi parfumnya terasa seperti apel merah dan berry yang manis, seakan memikatku untuk memaafkan. Tapi ciuman itu pahit, seperti madu yang menyamarkan racun. Malam itu aku memutuskan pergi. Aku blokir semua kontaknya.
Beberapa bulan kemudian kami bertemu di mal. Dia meminta kesempatan kedua. Aku ingat rasa ciuman terakhir itu, campuran manis dan getir, dan aku berkata tidak. Bagiku Poison Kiss adalah pengingat bahwa tidak semua yang manis itu tulus. Top note apel merah, wild berries dan jeruk mandarin mengingatkan aku pada awal yang menggoda. Nada tengah seperti peony, mawar, jasmine, carnation, gardenia dan honeysuckle melambangkan rasa sayang yang murni. Tapi nada dasar dari suede, caramel, praline, vanilla, amber dan sandalwood membawa kembali rasa berat dan hangat yang tinggal lama setelah luka. Parfum ini bukan hanya wangi, tapi sebuah pelajaran untuk mencintai diri sendiri sebelum orang lain.
Fragrance Notes
- Top: Apel Merah, Wild Berries, Mandarin
- Heart: Peony, Mawar, Jasmine, Carnation, Gardenia, Honeysuckle
- Base: Suede, Caramel, Praline, Vanilla, Amber, Sandalwood